Setiap hari Jumat, masjid-masjid memanggil. Suara adzan berkumandang, khatib naik mimbar, dan para jamaah berduyun-duyun datang. Namun, di luar sana… masih ada yang sibuk mengejar dunia. Ada yang bilang, “Nanti saja, masih kerja.” Ada pula yang berkata, “Capek, Jum’at depan aja.” Padahal, siapa yang bisa menjamin masih diberi umur sampai Jumat depan?
Sholat Jum’at bukan sekadar kewajiban — ia adalah kehormatan bagi laki-laki muslim. Allah memanggil langsung dalam Al-Qur’an:
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli."
(QS. Al-Jumu’ah: 9)
Tapi sayangnya, panggilan suci itu sering kalah oleh notifikasi gawai, laporan pekerjaan, atau sekadar rasa malas yang dibungkus alasan “sibuk.”
Lucunya, ada yang rela antre beli tiket konser, tapi enggan datang lebih awal ke masjid. Ada yang kuat berdiri berjam-jam di depan layar, tapi lima belas menit khutbah terasa berat. Ada juga yang hafal jadwal gajian, tapi lupa waktu adzan Jumat.
Kalau dunia bisa ditinggal sebentar demi makan siang, kenapa tidak bisa ditinggal sebentar demi sholat Jumat?
Jangan sampai kita termasuk orang yang sibuk menumpuk harta tapi melupakan akhirat. Sebab nanti, saat azan terakhir dikumandangkan di dunia ini, tidak akan ada lagi panggilan Jum’at — yang ada hanya panggilan pertanggungjawaban.
Jadi, untuk para lelaki yang masih menunda, ingatlah: Jum’at bukan hanya hari istirahat, tapi hari kehormatanmu sebagai muslim. Jangan biarkan dunia mengalahkan panggilan Allah.